Sekali
Mengabdi, Seribu Inspirasi
Oleh:
Rita Sugiarto
Ketika
pertama kali mengginjakkan kaki di tahan ini,
rasanya begitu melelahkan dan lesu sekali, harus berada di tempat
seperti ini, yang jauh dari kota, jauh dari segala jangkauan. Terik mentari
menyengat, kemana-mana harus berjalan kaki, susah air, harus beraktivitas
dengan air payau setiap hari. Tapi tak menyangka rasanya bisa menginjakkan kaki
di bumi Nusakambangan, bermimpi pun tak pernah.
Tak
ada bel berdering untuk menandakan di mulainya kegiatan belajar mengajar, dan
anak-anak itu masuk kelas dengan tanda dari suara yang sudah tak asing lagi di
telinga mereka. Sepertinya anak-anak teralihkan pandanganya ke sekumpulan
orang-orang yang berjalan menuju sekolah, mereka berpakaian rapi. Ya.. mata mereka
terfokus pada kami, yaitu bapak dan ibu guru yang akan mengajar mereka selamma
14 hari kedepan.
Kelas
V, anak-anak yang terlihat ramah, yang pertama kali menunjukkan ketertarikanya
pada kedatangan kami. Awal perkenalan dengan mereka menujukkan kesan yang
dinamis, kenakalan-kenakalan wajar yang mereka tunjukkan pada kami tak masalah
buat kami bertiga, yaitu guru dari GUM yang akan mengajar kelas V.
Hari
kedua, kaget sekali rasanya melihat perubahan mereka, dari anak-anak yang
manis, tiba-tiba menjadi anak-anak yang susah sekali di kendalikan. Fiktor,
Wahid, Jimmy, Apri, ternyata mereka adalah jagoan-jagoan di kelas V. Mereka
adalah anak-anak yang jago teriak-teriak di kelas, jago jahilin temanya, dan
jago buat onar di kelas, hari ini semua sifat mereka perlahan-lahan muncul.
Selain dari ke-empat anak tersebut banyak juga anak-anak lain yang diantara
mereka semua mempunyai keunikan tersendiri.
Hari
selanjutnya aku tiba-tiba terfokus pada salah satu anak yang paling kecil di
kelas V, Andra namanya. Andra merupakan salah satu anak pendiam di kelas ini,
badanya kecil, kulitnya hitam dan senyumnya yang manis, ternyata anak yang
manis ini harus berjuang untuk mengenyam bangku sekolah. Untuk pergi ke sekolah
saja andra harus berjalan selama 2 jam, dan Dia berjalan seorang diri, karena
diantara teman-temanya Andra lah yang rumahnya paling jauh. Dengan logat
ngapaknya yang khas, Andra mengisahkan hidupnya pada Ku, “Mamake ning Taiwan
Bu, Mamake karo Bapake wis Pisah, Inyong karo Neneke...” pilu sekali rasanya
mendengar anak kecil ini membicarakan hidupnya, harus berjuang sendiri, tanpa
ada ayah dan ibu yang membingnya, hanya neneknya saja yang mengasuh. Padahal
anak seusianya masih membutuhkan banyak kasih sayang dari kedua orang tuanya.
Tak hanya Andra saja yang memiliki kisah seperti ini, banyak anak-anak di
Panikel yang di tinggal merantau oleh kedua orang tuanya, mereka kebanyakan di
titipkan kepada sanak saudaranya. Hal inilah yang menjadikan mereka
kadang-kadang tida bisa mengotrol diri mereka
Bukan
kesedihan yang bisa dipelajari dari kehidupan Andra dan teman-temnya, tapi
semangat mereka untuk bersekolah yang selalu menginspirasiku sampai saat ini,
katanya Andra bercita-cita untuk menjadi pemain sepak bola, Dia mau mengalahkan
Malaysia katanya...:)
Andika
yang pemalu, Andra si mungil pejalan kaki satu jam, Elyesa yang manis, Asnah
yang pemalu, Asror yang selalu gandengan sama Ferdy, Bagus si ketua kelas, Dea
yang lucu, Dimas yang suaranya cempreng, Fiktor yang akhirnya bisa diam dikelas
dan minta Ibu Guru buat rumah di Panikel biar bisa ngajar Fiktor selamanya,
Hermawan yang akhirnya mau sekolah setelah sekian lama tidak masuk, Jimi yang
paling suka teriak-teriak di kelas, Ratningsih yang pendiam dan pemalu, Wahid
yang berhenti teriak-teriak lagi dikelas karena takut pita suranya putus :D
Wahid suka sekali sama pelajaran sejarah, Sinta si muka arab juara kelas, Wahyu
yang pendiam, Zaldi yang namanya mirip sama ketua GUM 3, Doni yang suka banget
sama matematika, Tifah yang ternyata kakak kandung dari Doni, Tri, Uun, Widi,
Tika, Efi, Efa yang susah banget di bedain, Aisah yang ditinggal sama ibunya
dan suka banget gandeng tangan Ibu guru, Indri yang paling cantik di kelas dan
gayanya yang So Cool, Apri yang paling suka jahilin temennya, Adi yang pemalu,
Said yang suka senyum-senyum sendiri, Windi yang pindahan dari Bandung, Lia
yang disukai sama banyak anak cowok, Rahmat (Aang) yang diam-diam tenyata
pinter banget, Bagus yang pernah Bu guru basuh mukanya gara-gara nangis di
jahilin sama temanya, Turyadi murid yang di anggap paling di jauhi sama
teman-temnya tapi Turyadi meerupakan anak yang pandai dan sulit untuk di
deskkripsikan.
Rasanya
walaupun sudah berjalan beberapa bulan, tapi kenangan itu masih melekat di
memori, dan kenangan yang seperti inilah yang akan terus menginspirasi
sepanjang tubuh ini masih bisa bernafas.
Trimakasih
SDN Panikel 03, terimaksih anak-anak kelas V, trimaksih GUM 3, sudah diberikan
kesempatan untuk mendapat inspirasi yang tak ternilai harganya dan tak mampu
dibeli oleh siapapun.
Foto bersama anak-anak SDN Panikel, Kampung Laut, Cilacap, Jawa Tengah
PROFIL
Nama
|
Rita
Sugiarto
|
TTL
|
Rembang,
07 Juli 1995
|
Sie
|
Humas
|
Jurusan/Program
Studi
|
Pertanian/Agroekoteknologi
|
Fakultas
|
Peternakan
dan Pertanian
|
Angkatan
|
2013
|
No.
Hp
|
085600272186
|
Email
|
Ritasugiarto1995@gmail.com
|
Motto
Hidup
|
Mengabdi
tanpa batas untuk negeri...
|